• Home
  • Sample Page
Blue Orange Green Pink Purple

The Perks of Living as Yourself

Posted in Uncategorized. on Saturday, February 21st, 2015 by Erina Marlia Dewi
Feb 21

Sembilan belas tahun yang lalu, tepatnya tanggal 15 Februari 1996, aku lahir sebagai anak pertama dari pasangan Syarief Marhery dan Kartiana. Aku diberi nama Erina Marlia Dewi, yang arti dari Erina adalah singkatan nama ayah dan ibuku, Marlia adalah singkatan nama kakek dan nenekku dari sisi ayah, dan dewi adalah hari Kamis (Jangan tanya kenapa, karena aku juga nggak ngerti kenapa haha). Jadi, pengertiannya adalah aku anak dari ayah dan ibuku serta cucu dari kakek dan nenekku yang lahir di hari Kamis. Aku dilahirkan di Jakarta. Walaupun lahir di Jakarta, bukan berarti aku ‘asli’ anak Jakarta, ya. Ayahku berasal dari Bangka Belitung, sedangkan Ibuku dari Lampung. Jadi aku ini bisa dibilang berdarah campuran. Sejak aku lahir hingga kelas 3 sekolah dasar, aku tinggal di Jakarta bersama orangtuaku. Hingga pada akhirnya kami pindah ke Bangka Belitung dan sampai sekarang masih tinggal disana.

Aku dulu bersekolah di SDN 15 Pangkalpinang (ibukota Bangka Belitung). Hal sulit saat pindah ke kota yang berbeda provinsi adalah bahasanya. Aku ingat kira-kira hampir sebulan aku nggak bisa berkomunikasi dengan baik dengan teman-teman baruku. Tapi senangnya teman-teman sekelasku pada waktu itu sangat baik dan sering mangajakku pergi ke kantin bersama. Aku cukup popular karena aku pindahan dari Jakarta. Kepopuleraku meningkat saat aku berhasil menjadi peringkat pertama dikelas.

Well, waktu aku masih bersekolah di Jakarta, aku hanya bisa maksimal mendapat peringkat 2 dikelas. Kata ibuku, itu karena dulu setiap aku selesai mengerjakan ulangan semester dan ketika tidak ada pengawas, aku pasti dengan baik hatinya bertanya ke teman-teman dikelas “Ada yang gak bisa?” sambil berjalan keliling kelas lalu dengan entengnya memberi jawabanku ke teman-teman yang lain. Kejadian itu pun ketahuan guruku dan memberitahukannya ke ibuku. Mungkin ulangan semester perdanaku di sekolah baru, aku masih belum begitu paham bahasa asli Bangka makanya aku adem ayem aja ya haha.

Aku jadi anak tunggal selama 11 tahun, lalu ibuku akhirnya hamil dan melahirkan adikku. Namanya Riana Marlia Dewi, sama kayak namaku padahal dia lahir hari Rabu. Yah, ayahku dulu bercita-cita punya anak kembar sih makanya dibikin mirip namanya. Still, I love her so much. Walaupun dulu aku pernah jadi anak tunggal, tapi ayah dan ibuku nggak pernah terlalu memanjakanku. Dulu aku adalah anak yang nakal, suka main kemana-mana pakai sepada, lari sana-sini, jatuh berkali-kali nggak bikin aku kapok, dan juga aku sering buat anak orang nangis. Pernah kejadian waktu aku masih kelas 4 SD, aku main kejar-kejaran waktu jam istirahat dan akhirnya jatuh tersungkur dan mematahkan tulang bahu kiriku. Mungkin sejak itu aku mulai berubah jadi anak yang kalem (hehe).

Lulus SD, aku bersekolah di SMPN 2 Pangkalpinang. Dulu itu sekolah bertaraf internasional (sekarang RSBI sudah dihilangkan). Ada dua kategori kelas waktu itu, kelas RSBI dan kelas regular. Aku masuk kekelas regular, tetapi tidak lama setelah MOS, ada pemberitahuan bahwa kelas RSBI ingin menambahkan 3 orang lagi. Atas izin orangtuaku akhirnya aku ikut tes itu dan berhasil masuk kekelas RSBI, yang pada waktu itu hanya ada 2 kelas. Keseharian pembelajarannya menggunakan 2 bahasa, bahkan bukunya pun lebih tebal dari yang regular karena bilingual. Mulai sejak itu, aku sudah bukan jadi yang pertama dikelas lagi seperti waktu SD. Saingannya pun benar-benar berat, satu kelas hanya 21 orang dan mereka semua pintar.

Aku menjalani kehidupan SMP ku dengan senang karena disitulah aku bertemu 3 dari sahabatku sekarang. Kata salah satu dari mereka, Lala, aku itu dulu bisa akrab sama dia karena aku sering banget ngedeketin dia untuk pinjam komik Detective Conan (haha). Waktu itu juga aku dan dia ikut ekskul MOSI (Menuju Olimpiade Sains Indonesia) , aku di matematika, dan dia di fisika. Aku berkali-kali ikut olimpiade tapi belum pernah beruntung untuk menang. Dari SD hobiku adalah membaca, walaupun dulu aku hanya mebaca komik. Tetapi semakin bertambahnya umur, bacaanku makin bermacam-macam, bahkan aku sekarang suka sering baca berita. Tapi entah kenapa aku kurang suka baca buku pelajaran kecuali ada ceritanya (hehe).

Aku bertemu 3 sahabatku yang lainnya pada waktu SMA. Kita bersekolah di SMAN 1 Pangkalpinang, salah satu sekolah terbaik disana. Meskipun kita semua beda kelas, tetapi kita masih sering kumpul setiap pulang sekolah. Sebagai seorang teman, aku dibilang yang paling loyal, pendengar dan pemberi saran yang baik. Aku juga salah satu moodmaker diantara sahabat-sahabatku. Meskipun aku yang kedua termuda dari kita berenam, tetapi aku yang dianggap sebagai “Mama” diantara kami. Aku terkenal dengan “Birthday Event Organizer” bahkan sampai sekarang. Setiap mereka mau kasih surprise ke pacar mereka ataupun kalau salah satu dari kami ada yang ulang tahun, pasti minta ide dariku.

Masa SMA memang masa pencarian jati diri ya. Pada saat itu aku mulai aktif di sekolah. Aku merupakan salah satu anggota MPK (Majelis Perwakilan Kelas) sekolah. Aku juga ikut ekskul jurnalistik dan menjadikanku salah satu anggota tim redaksi dari Koran sekolah yaitu, SSN (Smansa Student Newspaper) yang bekerjasama dengan koran lokal. Setiap malam minggu, 2 minggu sekali, aku dan rekan SSN yang lain kumpul di Kantor Koran Bangka Pos, untuk mengerjakan deadline berita untuk terbit di hari Senin. SSN merupakan tim yang paling disayangi guru disekolah, meskipun bagian dari ekskul jurrnalistik, tetapi tidak sembarangan yang bisa bergabung dengan tim SSN, karena anggotanya hanya 11 orang.

Namun, tetap saja anggota SSN merupakan bagian dari ekskul jurnalistik juga. Jadi kalau tim SSN mempunyai 2 tugas yaitu, mading sekolah dan Koran sekolah. Sedangkan anggota jurnalistik yang lainnya hanya mengerjakan mading sekolah. Mading disekolahku ada 4, maka dari itu guru meminta untuk kita juga membuat mading dengan 4 bahasa yaitu, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, dan Bahasa Mandarin. Aku sama sekali belum pernah ngehandle mading Bahasa Mandarin. Pasti muncul pertanyaan, ‘kok bisa bikin mading pake bahasa asing?’, jawabannya adalah Google Translate (haha). Tapi kita juga tetep konsultasi ke sensei dan laoshi nya langsung.

Yang paling meneganggkan pun datang, Ujian Nasional. Ini awal dari adnventure sesungguhnya. Jujur saja sampai detik itu aku masih bingung mau kuliah dijurusan apa. Aku pernah ingin jadi dokter, dan aku mencobanya di SNMPTN lalu belum beruntung. Hingga tes mandiri pun aku masih pede aja kekeuh pilih jurusan kedokteran. Tapi lagi-lagi belum beruntung. Sebenernya alasanku pilih kedokteran karena aku nggak mau ketemu fisika. Well, menurutku fisika jauh lebih ribet daripada matematika. Sempat juga mau ambil ikut tes IPC dan pilih jurusan Ilmu Komunikasi, tapi males benget harus belajar akuntansi dan ekonominya. I was so hopeless back then. Hingga akhirnya Allah SWT mengabulkan keinginanku melalu KOMSI UGM. Ya, aku lolos masuk KOMSI UGM melalui jalur UTUL 2. Di KOMSI (Komputer dan Sistem Informasi), tidak ada yang namanya fisika (Alhamdulillah).

So I got it that, “Allah’s no is not rejection. But it’s a redirection.”

Untitled-1

Leave a Reply

Click here to cancel reply.

A Well Read Woman To Be!

  • Recent Posts
    • Chapter 2 – Komunikasi Data
    • Chapter 1 – NETWORK
    • Sekilas Tentang KL Jarkom 1
    • The Perks of Living as Yourself
    • Hello world!
  • Recent Comments
    • Mr WordPress on Hello world!
  • Archives
    • March 2015
    • February 2015
  • Categories
    • Uncategorized
  • Meta
    • Log in
    • Entries feed
    • Comments feed
    • WordPress.org
  • Archives
    • March 2015
    • February 2015
  • Search






  • Home
  • Sample Page

© Copyright A Well Read Woman To Be!. All rights reserved.
Designed by FTL Wordpress Themes brought to you by Smashing Magazine. Hosted by Wadah Aspirasi, Kreasi dan Catatan Harian Aktivitas Mahasiswa UGM

Back to Top